Rabu, 24 November 2010

Banjir Lahar Dingin Ancam Rendam Dua Dusun di Magelang

Akibat aliran sungai telah penuh oleh material vulkanik Merapi, sebanyak dua dusun di Desa Mantingan, Kecamatan Salam, Magelang, terancam terendam aliran lahar dingin, Rabu (24/11) sore.

Kedua dusun itu adalah Duwet dan Madon. Letaknya persis di tepi aliran Sungai Batang yang kini telah rata oleh timbunan batu dan pasir Gunung Merapi. Akibatnya, aliran air bercampur material vulkanik yang ada di sungai itu mengalir ke arah dua dusun itu. “Letak dua dusun itu lebih rendah dari sungai,” kata Abu Tauhid, Kepala Seksi Pembangunan Desa Mantingan.

Untuk mengantisipasi luapan air hingga ke dusun, puluhan warga membuat tanggul-tanggul darurat yang terbuat dari tumapukan batu, batang pisang, dan karung pasir. Cara itu dilakukan untuk mengarahkan air agar tak menggenangi perkampungan warga. “Dialirkan ke sungai kecil yang mengalir di antara dua dusun,” kata dia.

Setidaknya banjir lahar di Sungai Batang, sore ini, merupakan yang kelima kalinya terjadi. Banjir terbesar berlangsung pada Minggu petang kemarin, yang berdampak pada 10 hektare lahar pertanian di desa itu terendam air bercampur pasir.

Sungai Batang, sedalam 2-3 meter, kini telah tertimbun material vulkanik Merapi. Bahkan material yang terdiri dari pasir dan batuan itu telah meluap hingga mengubur lahan pertanian hingga mencapai ketebalan 1,5-2 meter. “Sawah sudah tak bisa ditanami lagi dengan kondisi seperti itu,” kata dia.

Akibat ancaman lahar dingin itu, sebanyak 680 orang warga Dusun Duwet diungsikan ke Balai Desa Tirto yang berjarak sekitar 3 kilometer dari Desa Mantingan, sejak Minggu kemarin. Adapun sebanyak 400 warga Dusun Madon hingga kini masih mencoba bertahan di rumah-rumah mereka.

Sugiyatno, 46 tahun, seorang warga Dusun Duwet yang mengungsi di Balai Desa Tirto, mengatakan saat ini mereka tinggal di pengungsian dengan kondisi yang terbatas. Berbagai sarana dan kebutuhan di tempat pengungsian, diadakan secara mandiri oleh pengungsi. “Belum ada bantuan apapun dari pemerintah,” kata dia.

Warga Desa, kata dia, baik yang mengungsi maupun tidak, berharap pemerintah segera memberikan bantuan untuk membuat tanggul yang lebih kuat dan permanen di sepanjang aliran Sungai Batang. Sehingga air ataupun material vulkanik yang mengalir di sungai dapat segera dikendalikan.
“Kalau masih belum ada tanggulnya, praktis tetap tak berhenti ancaman banjir laharnya,” kata lelaki yang mengaku belum tahu pasti sampai kapan tinggal di tempat pengungsian itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar